Rabu, 24 September 2008

PIPI & EMBIR

Sudah tiga bulan ini, saya tidak mengisi tulisan karena kesibukan dikantor dan pengembangan bisnis dengan segala perubahan yang terjadi. Maklum berada dikwadran yang berlawanan membutuhkan perjuangan yang besar, baik mental maupun fisik. Ditengah kondisi seperti ini saya jadi teringat dengan cerita pada sebuah DVD ketika pernah ikut menjadi salah satu member MLM. Jujur DVD ini memberi inspirasi kesadaran tentang pentingnya menentukan nasib sendiri. Berikut ceritanya walaupun ada sedikit perubahan dari aslinya


Tersebutlah ada 2 pemuda (Pipi dan Embir) disebuah desa yang ditugaskan oleh kepala desa untuk mengangkut air dari salah satu mata air yang berjarak 2 km dari desa. Setiap hari mereka mengangkut air dengan menggunakan masing-masing 2 ember, bolak balik sepanjang hari. Mereka diupah dengan gaji tetap ditambah dengan komisi jika mereka bisa mengangkut air lebih dari 10 ember perhari.

Karena masih muda dan berbadan sehat, mereka bekerja keras dan hasilnya mereka mendapatkan penghasilan yang lumayan tinggi. Semakin keras mereka bekerja, semakin banyak air yang bisa mereka isi untuk warga desa, semakin banyak uang yang mereka peroleh.

Suatu hari, Pipi menyadari bahwa cara yang mereka pergunakan sekarang tidak akan bertahan lama. Semakin hari kekuatan fisik dan pikiran mereka akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia, sementara tuntutan pekerjaan akan tetap bahkan semakin tinggi. Bagaimana jika warga tiba-tiba memecat mereka dari pekerjaan ? Bagaimana jika mereka sakit dan tidak mampu bekerja lagi ? Berbagai pertanyaan memenuhi kepala Pipi, sampai akhirnya Pipi menemukan sebuah ide.

Ide itu adalah membuat saluran pipa dari sumber mata air ke desa. Pipi pun membicarakan ide tersebut ke Embir, tetapi ternyata Embir menolak ide tersebut. " Untuk apa kita membangun pipa air, tenaga aku lebih kuat, tabungan ku banyak, lagi pula nggak mungkin membangun pipa karena tanahnya keras dan berbatu. Lebih baik, aku bekerja lebih keras lagi, embernya aku besarkan sehingga bisa mengangkut air lebih banyak dan uangnya lebih banyak. Lebih nyaman kan ? " kata Embir.

Demikianlah, Pipi tetap melanjutkan idenya dan mulai sedikit demi sedikit mulai membuat saluran pipa. Ini dia kerjakan setelah selesai pekerjaan mengangkut air pada jam kerjanya. Sore hari hingga malam dia sisihkan waktu untuk menggali tanah yang berbatu disaat orang-orang tengah asyik menonton TV, hura-hura. Selain Embir, warga desapun menyangsikan proyek Pipi, berbagai comohan dan ejekanpun diterimanya.

Tapi Pipi tetap melanjutkan proyeknya, sebagian gajinya disisihkan untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat pipa. Bahkan tidak jarang Pipi harus meminta pinjaman dari warga desa untuk dapat melanjutkan usahanya. Hari-hari berlalu, satu persatu tiang-tiang terpancang dan pipa terpasang.

Disaat Pipi sibuk dengan proyeknya, Embir sibuk dengan kegiatannya berhura-hura. Atas hasil kerjanya, Embir pun membeli barang-barang konsumtif, rumah yang besar, menghabiskan waktu di diskotik (Dugem) dan tidak sungkan-sungkan untuk menambah hutang untuk memenuhi hasratnya. "Toh, besok masih bisa terima gaji dan aku akan bekerja lebih keras lagi sehingga komisiku jadi lebih besar" pikirnya.

Delapan tahun berlalu, suatu hari mulailah tetes demi tetes air mengalir melalui pipa yang dibuat Pipi. Semakin lama semakin deras air mengalir. Untuk setiap liter air yang mengalir ke tangki warga, Pipi memungut biaya. Pipipun mulai membuat kontrak dengan warga untuk airnya dan tidak lagi menerima gaji. Dia juga mulai mempekerjakan warga untuk mengatur saluran airnya dan menambah cadang-cabang pipa airnya. Pipi hanya sebagai pengontrol dan tidak perlu bekerja penuh sepanjang hari.

Sementara itu, Embir semakin keras bekerja mengangkut air, makin cepat larinya dan makin besar embernya hingga akhirnya teler dan jatuh sakit. Semua hartanya dipakai untuk melunasi hutang-hutangnya dan kembai hidup melarat.

Demikianlah, jaman telah berubah, tidak seperti 30-40 tahun yang lalu dimana semuanya serba stabil dan nyaman. Kondisi sekarang sangat berubah cepat dan tidak ada jaminan keamanan lagi bagi pekerja. Lihatlah Lehman Brothers, perusahaan keuangan terbesar keuangan ke-4 terbesar dunia, tiba-tiba menyatakan diri BANGKRUT. Bagaimana dengan pekerjanya ?

Anda mungkin berkata " Ah.. itukan di Amerika dan perusahaan keuangan lagi. Kita kan di Indonesia dan bekerja bukan di perusahaan keuangan, tidak akan mengalami kejadian itu. Jadi aman-aman saja "

Ha...ha...ha...saya jadi ingat film Titanic, ketika Kapten kapal bilang ke pemilik tidak lama lagi kapal akan menabrak gunung es. Si pemilik kapal, tetap bersikeras kapalnya kuat dan tahan tabrakan, dan pesta tetap dilanjutkan, sampai akhirnya Titanic-pun tenggelam...Dan banyaknya korban, bukan karena kapalnya langsung tenggelam, tapi karena sekocinya kurang banyak sehingga tidak bisa menampung semua penumpang.

Jadi sudah siapkah Anda dengan sekoci Anda ?

2 komentar:

WURYANANO mengatakan...

hehehe...videonya MLM Amway ya mas Hadi...saya juga punya lho...
Tapi sayangnya lebih banyak member MLM di Indonesia malah jadi seperi EMBIR...hwekekekek...bukan jadi PIPI...kacian deh member MLM.

Yang benar-benar jadi PIPI adalah Pengusaha Bisnis MLM nya, bukan member MLM...yang sering hanya dapat sentuhan entertainment motivasi aja..hahaha..

Salam Sukses dari Surabaya,
Wuryanano

Anonim mengatakan...

Setuju.... dan kebanyakan orang-orang yg sukses di MLM,kemudian lagi membentuk MLM baru biar dia duluan juga sukses he he he..

Impian yg agak susah menjadi nyata. Tapi kalau jualan pulsa boleh-lah...cuma kalau pakai model MLM, saya ngggak yakin akan bisa sukses...
Tapi saya salut-lah dgn orang2 yg berani ber-investasi utk sesuatu yg baru... Semoga Sukses Bro...
Thanks